Cari Blog Ini

Rabu, 13 November 2013

Belajar kepada Simbah-Simbah Dulu

Ada seorang tua berumuran 80an tahun. Termasuk seorang manusia yang diberi bonus umur cukup lumayan untuk ukuran manusia sekarang. Sambil menghisap rokok kreteknya yang koyo sepur, habis rokoknya, nyalain lagi, habis, nyalain lagi, habis lagi, nyalain lagi terus begitu diselingi ngomong dan minum kopi bergelasgelas dari jam 9 malam sampai jam 6 pagi. Mbah itu bicara panjang lebar tentang kemampuan, bakat, potensi simbah-simbah dulu. Meski tak jelas simbah-simbah diera apa atau mungkin saya yang gak paham.
Simbah dulu diceritakannya memiliki kemampuan membuat keris yang waja(baja)nya campuran, waja planet dan waja bumi sehingga oleh para empu itu disulap menjadi keris yang lurus atau lajer dan juga ada keris yang ber-luk ada yg luk-nya 1, ada yang 3, ada yang 5, ada yang 7, ada yang 9 dst. Gimana cara ngambil waja planetnya, entahlah disitu mungkin ilmu yang akan lebih patut kalau kita mau menggali sebagai PR untuk lebih memahami Simbah-simbah dulu. Filosofi keris pun ampuh, dimana semua bagian keris itu tajam kecuali gagangnya, yang untuk megang. Ibarat manusia semua bagian tubuh harus tajam, yang tidak boleh tajam cuma satu, mulut, ya mulut atau cangkem gak boleh tajam
Simbah-simbah dulu juga bisa berkomunikasi jarak jauh tanpa hp atau telepon, bahkan tak hanya itu mereka juga bisa menerawang, menyaksikan orang yang diajak berbicara, seperti ada layar di jidat yang bisa dilihat ketika mata terpejam.
Ada juga yang mampu bergerak ndompleng angin bahkan ada yang ndompleng cahaya. Jadi untuk bisa berpindah tempat amat sangat lebih cepat daripada angkutan umum seperti pesawat terbang dijaman sekarang. Mereka-mereka juga sangat paham sejarah tanpa sesobek halaman bukupun mereka baca.
Pergaulan simbah-simbah dulu dengan alam juga luar biasa, sangat menghormati, hewan tumbuhan di”uwong”kan dengan cara memberi mereka nama-nama. Saling memberi kabar, saling menghormati, saling bantu dan tidak mengeksploitasi seperti sekarang, alam tak lebih sekedar obyek garapan yang tiap hari dikeruk habis-habisan.
Kehidupan simbah-simbah dulu sangat penuh kedalaman dan kepekaan roso. Mereka sanggup menjalin komunikasi tidak hanya dengan yang tampak mata tetapi juga dengan yang tak tampak mata. Mereka tidak hanya winasis intelektualnya, tetapi juga lantip, tajam dan titis penemunya, pun juga waskita, tahu dibalik kejadian, weruh sakdurunge winarah.
Belum lagi kelihaian simbah-simbah dulu di dalam menjalani hidup, santai, luwes, tidak kaku, saling bantu, guyup dan itu semua nyata, bagi yang percaya tentunya. Hidup mereka teteg, titis dan tutug.

Dan karena oleh Tuhan Yang Maha Kuasa saya dilahirkan disini, di Jawa (Nusantara), dengan Simbah-simbah yang potensialitasnya jebul ngedhap-edhapi. Dengan kerendahan hati, sudah selayaknya sebagai wujud implementasi atas perintah Tuhan untuk mengenal suku-suku dan berbangsa-bangsa maka PR saya terutama (dan mungkin kita) hari ini adalah mengenal diri sendiri, mengenal, melacak siapa, apa dan bagaimana dulu nenek-kakek moyang sendiri dulu, kayak apa seh Mereka-mereka itu dulu. Dari sanalah pondasi membangun, diatas jatidiri siapa kita. Tidak asal copypaste, tidak asal comot sana comot sini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar