Ada seorang tua
berumuran 80an tahun. Termasuk seorang manusia yang diberi bonus umur cukup
lumayan untuk ukuran manusia sekarang. Sambil menghisap rokok kreteknya yang
koyo sepur, habis rokoknya, nyalain lagi, habis, nyalain lagi, habis lagi,
nyalain lagi terus begitu diselingi ngomong dan minum kopi bergelasgelas dari
jam 9 malam sampai jam 6 pagi. Mbah itu bicara panjang lebar tentang kemampuan,
bakat, potensi simbah-simbah dulu. Meski tak jelas simbah-simbah diera apa atau
mungkin saya yang gak paham.
Simbah dulu
diceritakannya memiliki kemampuan membuat keris yang waja(baja)nya campuran, waja
planet dan waja bumi sehingga oleh
para empu itu disulap menjadi keris yang lurus atau lajer dan juga ada keris yang ber-luk ada yg luk-nya 1, ada yang 3,
ada yang 5, ada yang 7, ada yang 9 dst. Gimana cara ngambil waja planetnya, entahlah disitu mungkin
ilmu yang akan lebih patut kalau kita mau menggali sebagai PR untuk lebih
memahami Simbah-simbah dulu. Filosofi keris pun ampuh, dimana semua bagian
keris itu tajam kecuali gagangnya, yang untuk megang. Ibarat manusia semua
bagian tubuh harus tajam, yang tidak boleh tajam cuma satu, mulut, ya mulut
atau cangkem gak boleh tajam
Simbah-simbah dulu
juga bisa berkomunikasi jarak jauh tanpa hp atau telepon, bahkan tak hanya itu
mereka juga bisa menerawang, menyaksikan orang yang diajak berbicara, seperti
ada layar di jidat yang bisa dilihat ketika mata terpejam.
Ada juga yang mampu
bergerak ndompleng angin bahkan ada
yang ndompleng cahaya. Jadi untuk
bisa berpindah tempat amat sangat lebih cepat daripada angkutan umum seperti
pesawat terbang dijaman sekarang. Mereka-mereka juga sangat paham sejarah tanpa
sesobek halaman bukupun mereka baca.
Pergaulan
simbah-simbah dulu dengan alam juga luar biasa, sangat menghormati, hewan
tumbuhan di”uwong”kan dengan cara
memberi mereka nama-nama. Saling memberi kabar, saling menghormati, saling
bantu dan tidak mengeksploitasi seperti sekarang, alam tak lebih sekedar obyek
garapan yang tiap hari dikeruk habis-habisan.
Kehidupan
simbah-simbah dulu sangat penuh kedalaman dan kepekaan roso. Mereka sanggup menjalin komunikasi tidak hanya dengan yang
tampak mata tetapi juga dengan yang tak tampak mata. Mereka tidak hanya winasis intelektualnya, tetapi juga lantip, tajam dan titis penemunya, pun
juga waskita, tahu dibalik kejadian, weruh sakdurunge winarah.
Belum lagi kelihaian
simbah-simbah dulu di dalam menjalani hidup, santai, luwes, tidak kaku, saling
bantu, guyup dan itu semua nyata, bagi yang percaya tentunya. Hidup mereka teteg, titis dan tutug.
Dan karena oleh Tuhan
Yang Maha Kuasa saya dilahirkan disini, di Jawa (Nusantara), dengan
Simbah-simbah yang potensialitasnya jebul
ngedhap-edhapi. Dengan kerendahan hati, sudah selayaknya sebagai wujud
implementasi atas perintah Tuhan untuk mengenal suku-suku dan berbangsa-bangsa maka
PR saya terutama (dan mungkin kita) hari ini adalah mengenal diri sendiri,
mengenal, melacak siapa, apa dan bagaimana dulu nenek-kakek moyang sendiri dulu,
kayak apa seh Mereka-mereka itu dulu. Dari sanalah pondasi membangun, diatas
jatidiri siapa kita. Tidak asal copypaste,
tidak asal comot sana comot sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar