Cari Blog Ini

Rabu, 06 Maret 2013

The Circle of Influence Kanjeng Nabi Muhammad SAW


 “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”.
QS Al-Ahzab:56

Ada masa dimana serigala tak berani makan domba dikarenakan di daerah tersebut ada seorang pemimpin yang baik dan adil, sampai suatu ketika seorang penggembala nyonangi bahwa ada dombanya yang dimakan serigala. Seketika dia bertanya kepada orang tentang bagaimana keadaan pemimpinnya. Betul saja pemimpin itu telah wafat, pemimpin itu tak lain adalah Khalifah Umar bin Abdul Aziz.
Kisah tersebut mengisyaratkan bahwa seorang pemimpin memiliki pengaruh yang sedemikian dahsyat hingga terhadap segala yang dipimpinnya, tak hanya manusianya tapi juga binatang di wilayahnya. Dengan kata lain seorang pemimpin memiliki lingkaran pengaruh yang tak hanya berdampak pada manusianya tapi juga alamnya. Kesalahan memilih pemimpin, akan ditanggung oleh semua yang dipimpinnya.
Terlalu dini atau akan dianggap terlalu mengada-ada kalau lantas kita mengkait-kaitkan apa yang sedang kita alami bersama, seperti banjir, susahnya cari nafkah, audisi idol-idol-an (idol_bahasa-Ibrani:berhala), ketimpangan dimana-mana, pembodohan massal, korupsi berjamaah, semua terjadi karena dipengaruhi pemimpin kita, entah lurah, camatnya, bupatinya, gubernurnya atau mungkin presidennya. Setidaknya, agar tidak asal menuduh, dijadikan saja kesadaran untuk meneliti apa dan bagaimana lingkaran pengaruh itu bekerja. Iseng-iseng kita amati, pemimpin baik rakyatnya seperti apa, pemimpin yang jahat rakyatnya seperti apa. Simulasi sederhananya bagaimana seorang ayah seberapa pengaruhnya terhadap istri, seorang ibu seberapa pengaruhnya terhadap anak-anaknya. Sampai kita punya kesimpulan sendiri terhadap bagaimana sebenarnya lingkaran pengaruh itu bekerja dan berdampak.

Berguru Kepada Kanjeng Nabi
Kalau mau berkaca kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW dalam memancarkan lingkaran pengaruhnya maka, Dialah satu-satunya manusia yang paling besar pengaruhnya. Nama paling banyak disebut-sebut oleh penghuni bumi dan langit. Nama yang oleh Michael Hart diposisikan manusia paling wahid sebagai orang paling berpengaruh. Manusia yang kedudukannya sangat tinggi sampai-sampai Allah sendiri bersholawat atasnya sebagaimana dalam QS Al-Ahzab:56: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”. Manusia yang dengan lingkaran pengaruhnya bukan hanya mampu menembus batas-batas geografis namun juga melintasi jaman demi jaman, hingga karena Beliau pulalah kita dikenalkan adanya Allah, adanya Al-qur’an dan adanya Islam.
Manusia yang memberikan banyak short-cut petunjuk hidup melalui sabda-sabdanya yang mulia. Manusia yang paling amat sedih kalau mengetahui kita, hari ini, berbuat kerusakan, kezaliman, apalagi saling bertengkar dan terpecah padahal sama-sama mengaku pecinta Muhammad, mengaku umat Muhammad.
Manusia yang mengajarkan kalau minuman kita kecemplungan lalat maka sekalian diblebegke (dicelupkan) saja lalat itu. sebagaimana tertulis dalam hadist, Dari Anas bahwasanya Nabi bersabda: “Apabila lalat jatuh pada bejana salah satu diantara kalian, maka celupkanlah karena pada salah satu sayapnya terdapat penyakit dan sayap lainnya terdapat obat”.[i] Pengetahuan modern pun membuktikan bahwa memang demikian. Manusia yang pengetahuan dan ilmunya sangat menjulang tinggi dan menghujam ke dalam. Manusia yang paling pandai berkomunikasi dengan bahasa umatnya, mampu menyederhanakan yang rumit dan tidak malah mempersulit umatnya. Kalau Ali bin Abi Thalib yang genius itu oleh Beliau dijuluki “babun Ilmi”, pintunya ilmu maka Kanjeng Nabi sendiri adalah “Madinatul ilmi”, kotanya ilmu.
Manusia yang panglima perang tangguh namun juga mau dondom-dondom sendiri bajunya yang sobek. Manusia yang dihina, dicaci tetapi menjadi orang pertama yang menjenguk ketika orang yang mencaci-maki itu jatuh sakit. Manusia yang menolak tawaran Jibril yang sudah siap sedia menimpakan gunung pada warga Thaif yang mbandhemi dan membuat kening Beliau berdarah, dengan alasan mereka tidak tahu dengan apa yang dilakukannya.
Manusia yang diujung akhir hayatnya yang keluar dari mulutnya, yang disebut bukan bapaknya, bukan ibunya, bukan istrinya, bukan anaknya, namun yang justru disebut-sebut adalah umatnya. Cintanya sangat besar kepada umatnya.

Pemimpin yang “Bocah Angon”
Cah angon-cah angon penekno blimbing kuwi, Lunyu-lunyu yo penekno kanggo mbasuh dodotiro. Lirik lagu lir-ilir karya Sunan Kalijogo tersebut memberi pelajaran bahwa pemimpin itu seperti bocah angon. Pemimpin itu yang mengayomi, melindungi, dan melayani. Pemimpin itu bisa dari mana saja dan dalam posisi manapun. Seperti yang disampaikan oleh Kihajar Dewantoro: pemimpin itu bisa di depan yang Ing Ngarso Sung Tuladha, memberi teladan yang baik; pemimpin itu bisa di tengah yang Ing Madya Mangun Karsa, memberi inspirasi, memancing ide yang dipimpin; pemimpin itu juga bisa di belakang yang Tut Wuri Handayani, memberikan dukungan, dorongan dan kekuatan.
Pemimpin itu tak harus melulu yang menjadi ketua dalam suatu struktur organisasi. Pemimpin tidak ditentukan jabatan atau kepangkatannya melainkan lebih ditentukan daya angon-nya. Apapun posisi seseorang asalkan mampu bersikap dan bertindak mengayomi, melindungidan melayani maka dialah pemimpin. Kalau ada kebakaran maka seorang pemimpin adalah yang keluarnya belakangan dan kalau ada makanan maka seorang pemimipin adalah yang paling akhir ikut memakannya.
Pemimpin yang bersedia memanjat pohon belimbing. Belimbing yang memiliki lima sisi merupakan perlambang rukun Islam; syahadat, sholat, puasa, zakat dan naik haji. Meskipun licin, susah tetap harus dipanjat. Pemimpin yang mateg aji hasbunallah-nya dan yang membumi habluminannas-nya. Pemimpin yang terhadap Allah selalu khusyu’, cintanya kepada Allah diatas cintanya terhadap apapun. Pemimpin yang terhadap yang dipimpinnya selalu menebar manfaat sebagaimana yang disabdakan Kanjeng Nabi:” Sebaik-baik manusia di antaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain "[ii].
Pemimpin yang diawal sambutannya sebagai pemimpin tidak mengucap “terima kasih telah diberi kesempatan” tetapi yang mengucap “terima kasih telah diberi amanah”. Kalau diberi kesempatan maka dia hanya akan mementingkan dirinya menggunakan kesempatannya menjadi pemimpin. Tetapi kalau diberi amanah maka dia akan menunaikannya sebagai tanggung jawab yang diemban.
Sadar atau tidak, masing-masing diri kita adalah pemimpin yang memimpin dirinya masing-masing. Kemana akan dibawa, kearah mana akan dituju, diri kita sendirilah penentunya. Kelahiran kita di dunia ini adalah sebuah tanggung jawab dan amanah besar dari Allah untuk lahir menjadi manusia dan mati juga tetap menjadi manusia, serta jangan sampai malah lebih rendah dari binatang. Naudzubillah.

Perjalanan Innalilahi wa innailahiroji’un
Perjalanan manusia amatlah panjang, tetapi ringkasnya dari dan ke Allah. Semua dari Allah dan pasti kembalinya juga ke Allah, tak terkecuali. Masalahnya adalah kita kembali ke Allah dalam keadaan baik atau buruk. Yang kita terima apakah rapot dengan tinta emas ataukah rapot merah. Kita nerimanya dengan tangan kanan ataukah dengan tangan kiri.
Kalimat innallillahi wa innailahiroji’un tidak hanya diperuntukkan bagi yang mati, atau ketika ada yang meninggal saja. Kalimat itu adalah ruh perjalanan kita. Dimana yang kita ingat tak hanya tentang kematian, namun juga kehidupan setelah mati itu sendiri, life after life. Dari situ tindakan kita tak hanya berorientasi sepuluh, lima belas, lima puluh tahun ke depan, tetapi jauh. Investasi kita tak hanya di dunia tetapi juga di akherat. Dan setiap muslim yang percaya hari hidup setelah mati, mengimaninya, maka setiap tindakan tak lepas dari pertimbangan baik atau buruk, benar ataukah salah. Segala hal diukur manfaat dan mudhorotnya. Setiap waktunya adalah berharga. Setiap detik kehidupannya adalah langkah demi langkah menuju Allah.
Kesadaran bahwa yang sedang kita mainkan didunia ini bersifat sementara. Semua yang kita lakukan harus memiliki sambungan dengan keabadian. Setiap materi yang kita punya diruhanikan dengan jalan membelanjakan di jalan yang Allah ridho. Kalau Allah sudah ridho, itulah puncak kemesraan. Adakah yang lebih indah dari ridhonya Allah dan tersenyumnya Kanjeng Nabi ketika melihat kebaikan yang kita lakukan.
Perjalanan menuju Allah adalah perjalanan yang sangat personal dan perjalanan yang unik. Semua orang memiliki perjalanan sendiri-sendiri, bukan egois. Tidak ada perlombaan diantara sesama pejalan. Tidak ada perlombaan di dalam perjalanan spiritual. Tidak ada menang-menangan. Satu-satunya perlombaan adalah “aku” yang lalu berlomba dengan “aku” yang sekarang dan “aku” yang akan datang. Apakah yang kita lakukan hari ini lebih baik dari yang di masa lalu. Apakah esok yang akan datang lebih baik dari yang kita lakukan sekarang. Dan pemenangnya maupun yang kalah tetap “aku” itu sendiri. Akhir kata “MAN AROFA NAFSAHU FAQOD AROFA ROBBAHU : Barang siapa mengenal nafs (diri) nya, maka dia mengenal Tuhan nya.”[iii]






[i] http://www.arrahmah.com/read/2012/01/11/17374-hadits-dan-sains-penelitian-menunjukkan-keajaiban-hadits-tentang-lalat.html
[ii] http:// http://www.pengobatan.com/khazanah_islamiah/sebaikbaik_manusia.html
[iii] http://sufimedan.blogspot.com/2010/11/mengenal-dzat-allah.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar